Rabu, 26 Januari 2011

CERITA TENTANG MALAM "Cerpen:" Ricky Idaman SH.MH

CERITA TENTANG MALAM Cerpen: Ricky Idaman SH.MH

Kemerlapan Jakarta malam ini tampak gelap dimata , mungkin karena hati di galau kalut , hanya sebuah gitar itu yang mengerti akan malam ini, sejak tadi menmani duduk di halaman taman monas.
Berkumandang dendang syair puisi rindu pada kedamaianan hati yang mulai hilang, lagu demi lagu dilantunkan tak peduli siapa mau dengar, atau tutup telinga akan keparauan suara mematahkan titik racun yang tertanam di dedaunan melati yang ku tanam dulu semerbak mewangi menjadi berbau.
Entah hidung ku tersumbat embun atau memang aku telah muak akan kenyataan yang menyakitkan saat ini aku rasakan hingga aku harus disini. Sesaat seorang menyapa ku mengentikan lagu yang di kumandangkan tentang dia yang membuat hati seperti ini. Ku sapa dengan mempersembahkan hormat , dia bersimpuh didepan sambil mengangkat dagu yang terkatur.
Tak lama dia nenyibak rambutnya yang panjang terurai menyentuh rerumputan, dan kain rok nya yang pendek, tampak pahanya basah entah kena embun atau trsentuh benih dosa nya tad ketika i masih bersama para lelaki-lelaki.. Aku hanya menikmati hikmah pemandangan yang ada tanpa bicara dan bernyanyi lagi.
Hati ku makin gundah dengan sosok didepan ku saat ini, tak lama beberapa orang berseragam datag kehadapan ku dan menangkap dia yang didepan ku sejak tadi menimati nyanyian, mata tak lepas memandang tenang saat melihat kondisi tidak menyenangkan perlakuan tidak manusiawi, kondisi yangmembuat ku tak tenang saat dia di seret kesebuah kendaraan dinas bermerek Satpol PP , dia merunduk malu ketika aku tatap dalam.
Tanpa di suruh tanpa di perintah siapa pun aku segera berlari kearah mobil Pick Up yang mengangkut sosok sejak tadi di depan ku, menghentikan gerakan laju kedepan gerbang sambil menyapa “ selamat malam pak, maaf saya ingin bertanya ada apa dengan dirinya..” petugas itu hanya menjawab dengan kalimat pendek “ kami hanya menjalankan tugas “
Namun kendaraan itu bergerak , kemudian aku mendekati sopirnya dan menanyakan lagi “ mobil ii bias berhenti atau tetap melaju “ seketika dia menghentikan lai kendaraanya dan membuka pintu kendaraan itu dan mendekati ku “ siapadia..ada hubungan dengan mu..” dia mengacak pingangnya seperti mau menelan saya hidup-hidup.
Kuangkat kedua belah tangan dengan lembut menypu pangkat di bahunya yang berpaku dan menegadahkan wajahke hadapannya “ dia sejak tadi di depan ku berjam-jam aku hanya mampu mendendangkan lagu-lagu tanpa bertanya siapa didepan ku sejak tadi itu, kini bapak-bapak tangkap dia, ada apa dengan nya sejak tadi saya bertanya belum terjawab..Cuma tadi ada salah satumenjawab dengan mudah katanya begii saya menjalankan tugas “
Perempuan itu masih menatap ku diam tampak penuh harap aku bisa menyelamatkannya tanpa bicara sedikit pun dalam hening malam ini…” sebenatar biarkan aku bicara dengan perempuan ku ini..” dengan tegas aku mengajak dia turun dari kendaraan itu tanpa basa basi atas keterharuannya akan ungkapan tadi lansung mendekati ku dan meneteskan air matanya di pipi dan kemudian membasahi dada ku yang terbuka, airnya kian deras mengaliri selah dada ku yang sejak tadi juga di siram embunmalam.
Dalam rangkulannya yang erat aku mengungkapkan kalimat sedrhana pada pra petugas yang menjalankan tugas malam ini ku ku jumpai “ dengan sebilah kata akan menyentuh daripada cara tidak berkemanusian..lihat lah..mari perempuan ku kita bernyanyi bersama lagi..biar mereka dengar jeritan kita, sekalipun mereka juga tidak mengerti apa lagi akan peduli..”
Ku lepas rangkulannya sambil mendekat pada petugas dengan menyerahkan identitas “ nah jelaskan ini aku..dan terjawab siapa dia..” sebungkus rokok dan sebuah aplop ku serahkan tanpadi perintah dan tanpa membuka amplop petugas pergi dari lokasi dan meninggalkan aku dan dia.
Ini ungkapan kata pada nya yang masih dalam tangis.jatuh kan air mata kedada “ Jam sudah larut malam saudara ku, pulnglah segera orang yang mencintai mu pasti menunggu mu di rumah..” Dia menatap ku tajam sambil melepaskan rangkulanya sambil dudu tempat aku duduk tadi menyanyi..” tak ada yang menunggu, tak ada yang mengharapkan, tak ada yang mencintai ku..” dia merunduk ketanah dan kemudian menatap kearah langit biru mengungkapkan rasa yang memilukan..” Tuhan mengapa kau tak cabut nyawa ku saat ini..”
Ku dekati dirinya yang menangisi dri dalam hening malam, diantara rintik embun sambil menggandengnya keujung jalan yang penuh cahaya mungkin akan memberikan terang pada hatinya yang kalut…” biarpun aku tak punya apa-ap mengantarkan kau pulang, mari jalan kaki menginitari jalanan penuh cahaya mobil-mobil mewah yang berjalan lambat disekitar kita “ dia melihat kearah ku saat bicara sambil memegang kedua lengan ku “ kemana aku akan pulang..aku singgah dari rumah ke rumah..mungkin aku pulang kerumah mu..”
Aku memang tak mampu berkata apa-apa lagi pertanyaan nya itu belum sempatku jawab dan dia lama menatap jauh tubuh ku di hadapan ragu, dan kemudian dia berlalu tanpa bicara apa-apa.
Sejenak aku terdiam melihat ujung tugu monas mengilau keemasan, dan kemudian menatap kebawah tampak sosokperempuan dalm tangis, dan aku tak mampu berbuat apa-apa lagi sehingga pertanyaan itu tk bias ku jawab lagi, selain hanya diam dan membiarkan dia pergi. Lama ku tatap langkahnya tampak letih. Janya doa yang ku kirimkan untuk nya bisa kembali kepangkuan ilalhi dengan menyadari perbuatannya yang salah “ bertobatlah “ suara ku melepas langkahnya pergi menjauh. (in memorial 1988)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar